ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan neurobiologis yang umum terjadi pada anak-anak dan dewasa. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala seperti hiperaktif, impulsif, dan kesulitan berkonsentrasi. Untuk mengatasi gejala ADHD, biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan stimulan seperti metilfenidat dan amfetamin.
Namun, penggunaan obat ADHD dengan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko psikosis. Psikosis adalah gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, delusi, halusinasi, dan perilaku yang tidak wajar. Risiko psikosis ini biasanya terjadi pada pasien yang telah mengonsumsi obat ADHD dengan dosis tinggi selama jangka waktu yang lama.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Jepang menemukan bahwa pasien yang mengonsumsi obat ADHD dengan dosis tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami psikosis dibandingkan dengan pasien yang mengonsumsi dosat rendah. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengontrolan dosis obat ADHD yang diberikan kepada pasien.
Selain itu, penting juga bagi pasien dan keluarganya untuk memahami potensi efek samping dari penggunaan obat ADHD, termasuk risiko psikosis. Pasien yang mengalami gejala psikosis setelah mengonsumsi obat ADHD harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dalam hal ini, dokter perlu melakukan pemantauan yang cermat terhadap pasien yang mengonsumsi obat ADHD dengan dosis tinggi, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya penggunaan obat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, diharapkan risiko psikosis akibat penggunaan obat ADHD dapat diminimalkan dan pasien dapat mendapatkan manfaat yang optimal dari pengobatan mereka.