Stress selama kehamilan merupakan salah satu faktor yang dapat berdampak pada kesehatan janin. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa stres selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak.
Epilepsi adalah gangguan saraf yang ditandai dengan serangan kejang yang tidak terkendali. Penyebab pasti epilepsi belum diketahui, namun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, termasuk faktor genetik dan lingkungan.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Epilepsia ini melibatkan 1,4 juta anak yang lahir di Swedia antara tahun 1982 dan 2010. Para peneliti menganalisis data dari register kesehatan nasional untuk menentukan apakah ibu mereka mengalami stres selama kehamilan.
Hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami stres selama kehamilan memiliki risiko 29% lebih tinggi untuk mengembangkan epilepsi dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak mengalami stres selama kehamilan.
Stres selama kehamilan dapat menyebabkan perubahan pada sistem saraf janin, yang kemudian dapat meningkatkan risiko gangguan saraf seperti epilepsi. Selain itu, stres juga dapat mempengaruhi produksi hormon kortisol yang dapat memengaruhi perkembangan otak janin.
Untuk itu, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik selama kehamilan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan relaksasi, meditasi, olahraga ringan, dan menjaga pola makan yang sehat.
Selain itu, dukungan sosial juga dapat membantu mengurangi stres selama kehamilan. Ibu hamil sebaiknya juga berkonsultasi dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan saran yang tepat dalam mengelola stres selama kehamilan.
Dengan mengelola stres selama kehamilan dengan baik, diharapkan risiko epilepsi pada anak dapat diminimalkan. Kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh pada kesehatan janin, oleh karena itu penting untuk selalu menjaga kesehatan dan kesejahteraan selama kehamilan.